Melacak Jujur di Warung Kejujuran

curangLaporan: Rudi Iswadi (Alumni TPL 2000)

Kejujuran menjadi barang langka di negeri ini. Maka ketidakjujuran yang dicela dalam Islam mudah kita temukan di tengah masyarakat yang mendeklarasikan diri sebagai penegak syari’at Islam. Buktinya korupsi dikalangan elit saban hari diberitakan, penipuan dipasar sering dikeluhkan masyarakat, kehilangan kenderaan dan barang meningkat.

Bahkan di kampus tempat orang-orang terdidik tidak sedikit yang senang menyontek, manipulasi, mengoleksi buku pustaka untuk pribadi, kerja tidak tepat waktu. Ada juga siswa yang menyalahgunakan beasiswa, kiriman orang tua untuk pacaran, beli HP baru dan foya-foya. Ini watak ketidakjujuran yang dicela Rasulullah saw ‘” pendusta/penipu bukan umatku”. Apa cirinya? Rasulullah menjelaskan ”tiga tanda kemunafikan; bila berkata, ia dusta; bila berjanji, ia ingkari; dan bila diberi amanah ia khianati (HR: Bukhari).

Sangat dahsyat sekali dua Label yang diberikan Rasul bagi ketidak jujuran; tidak termasuk dalam golongan umatnya dan yang kedua adalah umatnya yang hipokrit alias munafik. Bahasa lain dari tidak masuk dalam golongan umat nabi adalah keluar dari cakupan pemahaman syahadat Rasul yang notabenenya tidak sempurna Ketauhidan. Label kedua tak kalah angkernya dari yang pertama, menjadi pengikut nabi tapi bukan pengikut nabi, inilah manusia munafik yang mengaku pengikut  nabi yang pada hakikatnya bukan pengikut nabi, atau dengan bahasa anak muda pengikut nabi ke-ge-eran.

Watak tidak jujur itu memiliki daya rusak yang dahsyat. Suap menyuap telah mentradisi mengerogoti sendi-sendi pemerintahan. Korupsi yang menghisap hak-hak masyarakat dianggap prestasi. Tidak heran ratusan rumah korban tsunami dan konban konflik ditelantarkan oleh kontraktor. Jerih payah dan keringat guru dan buruh sering di abaikan bahkan ditindas. Murid sering di telantarkan saat jam belajar. Warga sering kecewa saat mengurus keperluan di kantor pemerintah, rumah sakit dan lain-lain. Watak tidak jujur juga mematahkan roda ekonomi sehingga sulit berputar. Para tengkulak sering menjerat pedagang kecil. Pedagang yang curang menyebabkan pasar sepi dan tidak produktif.

Padahal kita sering mendegungkan sabda Rasul ”yang menyogok dan yang disogok akan masuk neraka”, mencurangi timbangan ganjarannya adalah neraka wail ”kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,

Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi (al-Muthaffifin:1-3).

Jujur adalah sifat yang sangat urgen dalam kehidupan, apalagi pada zaman sekarang dimana kejujuran adalah barang yang sangat lagka.  Menyadari hal ini maka sebelum seorang Muhamad diangkat sebagai Rasul terlebih dahulu Allah menempa Rasul-Nya dengan kejujuran. Yaitu, pertama dikenal oleh penduduk Mekkah pada sosok Muhammad adalah seorang yang jujur. Urgensitas Jujur (baca: siddiq dan amanah) sampai-sampai sifat ini menjadi sifat wajib pada nabi bila dilihat dari kacamata ilmu tauhid.

Ditengah krisis kejujuran itu SMK Negeri 2 Langsa (STM Langsa) ingin melacak dan menemukan kembali kejujuran sebagai mutiara yang diduga telah hilang. Bagaimana menemukan? Tanggal 16 Desember 2008 Pimpinan SMKN 2  membuka warung kejujuran. Sebagai media pembinaan mental disiplin, kejujuran. Dengan hadirnya warung kejujuran diharapkan dapat membentuk watak yang jujur sehingga dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam dunia kerja.

”Diharapkan efek dari mental dan watak yang jujur akan melahirkan etos kerja, tanggung jawab khususnya bagi pengurus SMK N 2 Langsa dalam menjalankan tugasnya. Tidak ada lagi guru yang mengambil honor kalau tidak mengajar, pejabat, pegawai tidak lagi mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya. Para murid membuang perilaku menyontek, plagiat, menipu orang tua, menyalahgunakan beasiswa dan lain-lain.

Warung kejujuran SMK N 2 Langsa itu bukan pertama, sebelumnya di Banda Aceh Kepala Kejaksaan Tinggi  Aceh, Yafizham SH, telah meresmikan ” Kantin Kejujuran” di SMA Negeri 2, Banda Aceh sebagai gerakan preventif dan aksi langsung anti korupsi sejak dini (Serambi 12/12/2008). Bahkan kalau di luar negeri seperti Malaysia kantin dan warung kejujuran bukan hal yang baru lagi, warung dan kantin kejujuran telah membudaya sejak dari sekolah Dasar sampai ke perguruan Tinggi. Warung dan Kantin Kejujuran itu berfungsi sebagai media pembelajaran untuk jujur terutama kepada diri sendiri guna mencapai hari esok yang lebih baik. Warung kejujuran memakai sistem pengawasan Allah dan Malaikat-Nya. Sebagaimana firmanNya ”Allah selalu bersama  manusia diamanapun manusia itu berada” (QS Al-Hadid: 4), ”Tidak Ada yang tersembunyi bagi Allah sesuatu apapun yang dibumi dan dilangit” (QS Ali Imran: 6). Sistem pengawasan Alah dan Malaikat Yaitu, pembelian makanan/minuman oleh pembeli dilakukan sendiri tanpa ada yang melayani baik pengambilan makanan/minuman maupun uang pembayaran dan kembaliannya. Harga barang telah tertera pada barang atau dinding dekat warung.

Warung kejujuran terinspirasi dari genderang yang ditabuh oleh Presiden Sosilo Bambang Yodhoyono sebagai komitmen bangsa Indonesia memberantas korupsi. Tujuan utama menumbuhkan kesadaran hukum, pembangunan moralitas, penanaman sifat jujur. Yaitu merubah pola pikir dan kesadaran moral masyarakat terutama generasi muda, sehingga terjadi perubahan dari generasi korup menjadi generasi yang jujur dan tidak korup.

Sebelumnya juga bukan tidak ada media kejujuran seperti warung jujur itu, telepon umum yang penggunaannya harus memasukkan koin, tak satupun tersisa yang diduga kuat karena banyak dirusak untuk mengambil uang yang telah tertampung. Di Jakarta juga ada bus umum yang pembayaran tiketnya memasukkan sendiri ke dalam box yang telah disediakan dalam bus, juga mengalami nasib tragis gulung tikar, jangankan membayar honor supir untuk isi minyak saja tidak cukup.

Pimpinan SMK N 2 Langsa sadar betul, bahwa pembelajaran jujur memang tidak akan berhasil secara instan, bukan seperti membalik telapak tangan, namun pembelajaran untuk menciptakan insan yang jujur harus tetap diteruskan melalui berbagai media untuk bisa belajar jujur, meski hanya lewat sebuah warung kejujuran. Bersikap dan berlaku jujur adalah perintah Allah dan Rasul-Nya  sebagai fardhu ain sebagaimana Firman-Nya ”Hai orang-orang beriman penuhilah janji kalian kepada orang yang berhak” (QS: Almaidah ayat; 1). Selanjutnya Rasulullah saw, menegaskan ”Sesungguhya kejujuran akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan menuntun ke syurga, sesungguhnya orang yang  jujur akan direcord oleh Allah dengan gelar si jujur. Sesungguhnya ketidak jujuran akan membawa kepada keburukan dan keburukan akan menuntun ke neraka, sesungguhnya seseorang yang biasa tidak jujur akan ditulis disisi Allah sebagai pembohong” (H.R. Muttafaq Alaih). Jelas disini kejujuran adalah watak kaum muslimin, lalu kalau hari ini kita kehilangan kejujuran, sungguh kita telah kehilangan mutiara yang sangat berharga, pungkasnya.

Kita berharap warung kejujuran mampu merangsang terbentuknya manusia yang berkarakter jujur. Akan kita lihat apakah kejujuran itu masih ada sebagai mutiara umat Islam atau benar-benar hilang. Mari kita belajar jujur dan menemukan jujur lewat warung kejujuran. Semoga!

Posted on Desember 23, 2008, in Uncategorized. Bookmark the permalink. 1 Komentar.

  1. dengan adanya warung kejujuran di stm langsa yg tercinta ini kiranya dapat menambahkan keyakinan kita bahwa ALLAH beserta malaikatnya tidak pernah tidur. artinya selayaknya kejujuran itu tempatnya di hati nurani kita,,,,,(1043/mp/87-88)@bengkulu

Tinggalkan Balasan ke heru purnama Batalkan balasan